Senin, 10 Agustus 2015

Urgensi dan Konstelasi Orientasi Kampus

Fawaz Muhammad Sidiqi
Kepala Departemen Sosial Politik BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip 2015
Senin, 10 Agustus 2015 | 06:00 WIB



“Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.” -Soe Hok Gie-


Dunia kampus selalu memiliki ceritanya tersendiri. Setiap orang yang pernah merasakan konstelasi kehidupan perkuliahan tentu memiliki kesan dan pengalaman yang berbeda satu dengan yang lainnya
.
Manis dan pahit sudah barang tentu pernah dilewati silih berganti, mulai dari tragedi nilai Indeks Prestasi yang tak kunjung meninggi, sampai konflik dengan dosen yang membuat “bulu kuduk” berdiri.

Bukan karena takut melihat orang yang sudah mati, hanya ekspresi dari kekhawatiran mendapatkan nilai mati meskipun sudah mengulang beberapa kali.

Ada satu hal lagi yang erat kaitannya dengan dunia kampus, terutama bagi jurusan yang menjunjung kebersamaan dan kekeluargaan satu angkatan bahkan jurusan.

Sebuah cerita yang akan sangat sukar dilupakan begitu saja. Sebuah agenda bertajuk orientasi studi dan pengenalan kampus atau yang sering disingkat menjadi ospek (jurusan).

Ospek jurusan menjadi salah satu tahapan dalam kaderisasi di dunia kampus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa orientasi merupakan pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Sementara itu, kaderisasi atau pengaderan memiliki definisi sebagai sebuah proses, cara atau perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader sendiri berarti orang yang diharapkan akan memegang peranan penting disuatu organisasi, baik sebagai pengurus maupun anggota.

Definisi dari orientasi (baca: ospek) ataupun kaderisasi dalam KBBI di atas sudah sangat jauh sekali dari apa yang beberapa kalangan pahami saat ini. Beberapa kalangan menganggap bahwa ospek adalah saat mahasiswa lama memperlakukan mahasiswa baru sesuai dengan kemauannya sendiri tanpa ada alasan dan tujuan yang jelas, sebagai ajang balas dendam atau hanya sebuah rutinitas yang berulang di setiap tahunnya.

Stigma terhadap ospek ini yang pada akhirnya membuat banyak pihak menolak adanya ospek jurusan di kampus.

Munculnya stigma terkait ospek mungkin juga diakibatkan oleh ulah beberapa oknum yang masih memiliki mental seperti yang Soe Hok Gie nyatakan. Mahasiswa yang “sok berkuasa” yang selalu memerintah dan menindas serta memberikan doktrin yang salah terhadap mahasiswa baru.

"Munculnya stigma terkait ospek mungkin juga diakibatkan oleh ulah beberapa oknum yang masih memiliki mental seperti yang Soe Hok Gie nyatakan. Mahasiswa yang “sok berkuasa” yang selalu memerintah dan menindas serta memberikan doktrin yang salah terhadap mahasiswa baru"

Mahasiswa yang tidak memperlakukan mahasiswa baru layaknya seorang mahasiswa sebagai golongan intelektual penerus estafeta kepemimpinan bangsa.

Ospek jurusan harus ditempatkan sesuai dengan nilai yang terkandung dalam definisi ospek tersebut. Saya menganalogikan kegiatan ospek sebagai sebuah ajang perkenalan dan pemberian pemahaman kepada orang baru dari orang yang lebih dulu tinggal di suatu tempat dan dianggap sudah paham dengan budaya yang ada di daerah tersebut.

Seseorang yang pindah ke lingkungan baru, sudah selayaknya dikenalkan dengan local wisdom, baik budaya ataupun kebiasaan yang ada didaerah tersebut, sehingga tidak terjadi salah persepsi ataupun konflik internal yang tidak diharapkan di masa mendatang.

Selain itu, harus dipahami bahwa meskipun dalam ospek jurusan perlu ditumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap jurusan ataupun angkatan, bukan berarti menjadi arogan bahkan bersikap etnosentris dan ekslusif terhadap jurusan ataupun angkatan lainnya.

Ospek jurusan sebagai bagian dari kaderisasi mahasiswa harus dimaknai dengan benar sebagai sebuah sarana transfer pemahaman juga sarana untuk mendidik seseorang agar dapat menjadi penerus yang baik bahkan lebih baik dari generasi sebelumnya.

"Ospek jurusan sebagai bagian dari kaderisasi mahasiswa harus dimaknai dengan benar sebagai sebuah sarana transfer pemahaman juga sarana untuk mendidik seseorang agar dapat menjadi penerus yang baik bahkan lebih baik dari generasi sebelumnya"

Tugas mendidik ini merupakan tugas yang mulia, karena menjadi tanggung jawab orang yang terdidik. Jika makna dari kaderisasi dapat diinternalisasi dengan baik dan benar oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya, maka stigma tentang ospek jurusan tidaklah seharusnya terjadi dan tujuan dari diadakannya ospek jurusan sebagai bagian kaderisasi mahasiswa (pada akhirnya) dapat terpenuhi.

“Karena Mendidik adalah tugas orang yang terdidik”-Anies Baswedan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI 2014-2019.

Repost: Lugina Nasrulloh -Agroteknologi 2013
Sumber: https://www.selasar.com/budaya/urgensi-dan-konstelasi-orientasi-kampus


0 komentar:

Posting Komentar