Senin, 25 Mei 2015

Mau Dibawa Kemana Pertanian Indonesia Hari Ini?

Kota kembang, begitulah kiranya sebutan kota Bandung. Yang terbesit dalam pikiran orang yang menyebutnya adalah kota surganya pohon-pohon dan bunga-bunga sejuk nan asri yang tumbuh dimana-mana. Bahkan kota ini dijuluki dengan Paris Van Java karena keindahannya. Ya, begitulah kota Bandung dahulu kala. Sekarang, apabila orang yang baru saja berkunjung ke Bandung sebutan diatas akan menjadi sebuah pertanyaan besar. Bagai mana bisa? Yang terlintas dipikiran adalah kota ini sama saja dengan kota-kota lainnya yang memiliki penduduk yang cukup padat. Lantas kemanakah pohon-pohon yang menjulang serta bunga-bunga mekar yang menambah keasrian kota Bandung di pinggiran jalan, lahan-lahan yang terbuka, pekarangan rumah yang kendatinya menyumbangkan O2 untuk kebutuhan manusia, mampu menyerap polusi (CO2) serta menyerap kebisingan atau intensitas bunyi yang dihasilkan oleh mobil, motor serta alat transportasi lainnya dijalan.
Sangat mencengangkan memang dengan keadaan kota Bandung saat ini, yang mana lahan-lahan pertanian kini beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan yang berdiri kokoh. Tapi disudut kota masih ada harapan, setidaknya disana masih ada lahan untuk pertanian yang mampu merubah perekonomian khususnya dalam bidang pangan setempat. Namun, sangat disayangkan, kendatinya pertanian di pedesaan kota Bandung sangat jauh dalam hal persaingan dengan produksi pertanian dari luar negeri. Tidak hanya kota Bandung yang menjadi sasaran, bahkan pertanian Indonesia itu sendiri kalah bersaing dengan pertanian luar negeri. Padahal Indonesia sendiri merupan negara yang agraris. Inilah yang harus terjadi di negara yang dikenal sebagian penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani? Padahal masyarakat Indonesia pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Ya, itu dulu. Kemanakah para petani yang berjasa dalam menyiapkan pangan untuk negeri? Jaman sekarang orang malas untuk menjadi petani, memiliki tanah yang subur tapi beras dan bahan pangan lainnya masih saja impor.
Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi pertanian saat ini adalah peralihan fungsi lahan pertanian yang amblas menjadi peumahan-perumahan penduduk, bangunan perkantoran, dan bangunan-bangunan industri yang berkembang pesat. Kini lahan yang tersisa hanyalah butir-butir tanah yang pada umumnya telah rusak oleh zat yang bernama peptisida. Hal ini sering dilakukan oleh petani dalam mengatasi hama yang menyerang tanaman. Namun kerap penggunaan peptisida yang berlebihan berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri bahkan dapat berdampak buruk bagi kesehatan petani dan konsumen itu sendiri. Pupuk anorganik dan peptisida, Perlu digaris bawahi hal ini, karena inilah yang menjadi keterpurukan dalam konteks lahan pertanian bahkan sampai ujung pengeksekusian hasil produksi yang berakibat fatal untuk daya saing hasil pertanian itu sendiri. Khususnya dalam takaran pemberian peptisida yang berlebihan. Hal ini biasa terjadi di pedesaan yang minim pengetahuan pertanian khususnya pengetahuan tentang pemupukan (organik dan nonorganik) serta dalam mengatasi masalah hama. Misalnya untuk mengendalikan hama bisa dilakukan secara biologis yaitu dengan pemanfaatan musuh alami hama itu sendiri,, yang kedua adalah dengan cara mekanik yaitu memakai perangkap. Yang ketiga  dikendalikan secara fisik seperti screen house dengan menekan keberadaan hama, yang terakhir dengan cara budidaya misalnya musim tanam ke-1 tidak satu spesies dengan musim tanam ke-2, hal ini dilakukan agan hama pada tanam ke-1 menghilang dan terganti dengan hama yang baru dan terkendalikan.
Pada awalnya, kota Bandung sendiri merupakan salah satu kawasan pertanian, namun seiring berjalannya waktu dan pesatnya laju urbanisasi menjadikan lahan-lahan pertanian menyempit. Di kota Bandung sendiri langkah awal mengatasi permasalahan minimnya pertanian (pangan) adalah dengan melakukan urban farming yang kendatinya memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong untuk ditanami sayuran atau tanaman hias. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya pangan tiap masing-masing keluarga. Sedangkan untuk penghijauan, walikota Bandung telah mendirikan beberapa taman yang tersebar di kota Bandung.
Keluar dari bahasan Bandung, Pada dasarnya kebanyakan petani masih jauh berada dalam garis kemiskinan. Faktor yang menyebabkannya adalah kualitas dari hasil panen itu sendiri yang di pengaruhi oleh hal diatas yang telah disebutkan. Bahkan bahan pangan di Indonesia itu sendiri masih mengandalkan hasil impor yang pada umumnya negara pengimpor tersebut bukan negara yang pada dasarnya masyarakat tersebut bergelut dibidang pertanian.
Lantas apakah yang menjadi persoalan pada pertanian Indonesia sendiri selain dari permasalahan pembudidayaan tanaman itu sendiri?. Pengetahuan, inilah yang harus menjadi landasan untuk mencapai tujuan menjadi petani modern. Hal yang paling mendasar adalah menanam keyakinan bahwa tak semua petani berada dalam garis kemiskinan dan justru kitalah yang akan menentukan sebuah nasib pangan dan kendatinya berguna bagi bangsa dan negara. Inilah alasan utama jaman sekarang orang malas jadi petani. Setelah keyakinan melekat pada jiwa petani maka yang harus dituntut adalah pengetagetahuan dalam bidang pertanian itu sendiri guna untuk meningkatkan hasil produktifitas yang unggul dan modern. Disamping itu, petani yang baik adalah petani yang memperhatikan lingkungan atau kita sebut sebagai petani yang ramah lingkungan. Tidak cukup peran petani saja yang berpengaruh untuk mendongkrak pertanian di Indonesia sendiri. Namun, dukungan dari pemerintah itu sendiri harus ikut berperan aktif dalam memajukan bidang pertanian serta melakukan pembinaan untuk para petani di Indonesia.
Mengutip dari al-quran (Al-an’am:99) “Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. Bukankah ini pekerjaan mulia? Melakukan penghijauan dengan cara bercocok tanam hasil bumi, bertenak atau membudidayakan ikan untuk memperoleh hasil ekonomi dari kegiatannya, memberi pangan yang sebaik-baiknya, menciptakan udara sehat, membantu mengatasi masalah polusi udara, mengatasi kebisingan bahkan membuat orang disekitarnya merasa nyaman, asri, rindang dan indah apabila melihan pemandangan alam dan kegiatan pertanian seperti itu. Ya, itulah kendatinya jasa seorang petani yang hakiki berjasa untuk bangsa dan negara. Petani yang bermental cerdas, berkompetitif, aktif, trampil, cekatan, dan berpengetahuan yang luas termasuk dalam teknologi. Lantas Mau dibawa kemanakah pertanian Indonesia hari ini? Petanian yang modern sasaran utamanya. Yaitu mengoptimalkan hasil pangan sebagai tulang punggung perekonomian negara indonesia khususnya serta membawa misi mulia dari pertanian itulah petani modern, petani berdasi yang peduli pangan rakyat.


Putri Gustini
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  

0 komentar:

Posting Komentar