Kota kembang, begitulah kiranya sebutan
kota Bandung. Yang terbesit dalam pikiran orang yang menyebutnya adalah kota
surganya pohon-pohon dan bunga-bunga sejuk nan asri yang tumbuh dimana-mana.
Bahkan kota ini dijuluki dengan Paris Van Java karena keindahannya. Ya,
begitulah kota Bandung dahulu kala. Sekarang, apabila orang yang baru saja
berkunjung ke Bandung sebutan diatas akan menjadi sebuah pertanyaan besar.
Bagai mana bisa? Yang terlintas dipikiran adalah kota ini sama saja dengan
kota-kota lainnya yang memiliki penduduk yang cukup padat. Lantas kemanakah
pohon-pohon yang menjulang serta bunga-bunga mekar yang menambah keasrian kota Bandung
di pinggiran jalan, lahan-lahan yang terbuka, pekarangan rumah yang kendatinya menyumbangkan
O2 untuk kebutuhan manusia, mampu menyerap polusi (CO2)
serta menyerap kebisingan atau intensitas bunyi yang dihasilkan oleh mobil, motor
serta alat transportasi lainnya dijalan.
Sangat mencengangkan memang
dengan keadaan kota Bandung saat ini, yang mana lahan-lahan pertanian kini
beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan yang berdiri kokoh. Tapi disudut kota
masih ada harapan, setidaknya disana masih ada lahan untuk pertanian yang mampu
merubah perekonomian khususnya dalam bidang pangan setempat. Namun, sangat
disayangkan, kendatinya pertanian di pedesaan kota Bandung sangat jauh dalam
hal persaingan dengan produksi pertanian dari luar negeri. Tidak hanya kota Bandung
yang menjadi sasaran, bahkan pertanian Indonesia itu sendiri kalah bersaing
dengan pertanian luar negeri. Padahal Indonesia sendiri merupan negara yang
agraris. Inilah yang harus terjadi di negara yang dikenal sebagian penduduknya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani? Padahal masyarakat Indonesia pada
umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Ya, itu dulu. Kemanakah para petani
yang berjasa dalam menyiapkan pangan untuk negeri? Jaman sekarang orang malas
untuk menjadi petani, memiliki tanah yang subur tapi beras dan bahan pangan
lainnya masih saja impor.
Selain itu, salah satu faktor
yang menyebabkan kondisi pertanian saat ini adalah peralihan fungsi lahan
pertanian yang amblas menjadi peumahan-perumahan penduduk, bangunan
perkantoran, dan bangunan-bangunan industri yang berkembang pesat. Kini lahan
yang tersisa hanyalah butir-butir tanah yang pada umumnya telah rusak oleh zat
yang bernama peptisida. Hal ini sering dilakukan oleh petani dalam mengatasi
hama yang menyerang tanaman. Namun kerap penggunaan peptisida yang berlebihan
berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri bahkan dapat berdampak
buruk bagi kesehatan petani dan konsumen itu sendiri. Pupuk anorganik dan
peptisida, Perlu digaris bawahi hal ini, karena inilah yang menjadi keterpurukan
dalam konteks lahan pertanian bahkan sampai ujung pengeksekusian hasil produksi
yang berakibat fatal untuk daya saing hasil pertanian itu sendiri. Khususnya
dalam takaran pemberian peptisida yang berlebihan. Hal ini biasa terjadi di
pedesaan yang minim pengetahuan pertanian khususnya pengetahuan tentang
pemupukan (organik dan nonorganik) serta dalam mengatasi masalah hama. Misalnya
untuk mengendalikan hama bisa dilakukan secara biologis yaitu dengan
pemanfaatan musuh alami hama itu sendiri,, yang kedua adalah dengan cara
mekanik yaitu memakai perangkap. Yang ketiga
dikendalikan secara fisik seperti screen
house dengan menekan keberadaan hama, yang terakhir dengan cara budidaya
misalnya musim tanam ke-1 tidak satu spesies dengan musim tanam ke-2, hal ini
dilakukan agan hama pada tanam ke-1 menghilang dan terganti dengan hama yang
baru dan terkendalikan.
Pada awalnya, kota Bandung
sendiri merupakan salah satu kawasan pertanian, namun seiring berjalannya waktu
dan pesatnya laju urbanisasi menjadikan lahan-lahan pertanian menyempit. Di
kota Bandung sendiri langkah awal mengatasi permasalahan minimnya pertanian
(pangan) adalah dengan melakukan urban farming yang kendatinya memanfaatkan
pekarangan dan lahan kosong untuk ditanami sayuran atau tanaman hias. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya pangan tiap masing-masing
keluarga. Sedangkan untuk penghijauan, walikota Bandung telah mendirikan
beberapa taman yang tersebar di kota Bandung.
Keluar dari bahasan Bandung,
Pada dasarnya kebanyakan petani masih jauh berada dalam garis kemiskinan.
Faktor yang menyebabkannya adalah kualitas dari hasil panen itu sendiri yang di
pengaruhi oleh hal diatas yang telah disebutkan. Bahkan bahan pangan di Indonesia
itu sendiri masih mengandalkan hasil impor yang pada umumnya negara pengimpor
tersebut bukan negara yang pada dasarnya masyarakat tersebut bergelut dibidang
pertanian.
Lantas apakah yang menjadi
persoalan pada pertanian Indonesia sendiri selain dari permasalahan
pembudidayaan tanaman itu sendiri?. Pengetahuan, inilah yang harus menjadi
landasan untuk mencapai tujuan menjadi petani modern. Hal yang paling mendasar
adalah menanam keyakinan bahwa tak semua petani berada dalam garis kemiskinan
dan justru kitalah yang akan menentukan sebuah nasib pangan dan kendatinya
berguna bagi bangsa dan negara. Inilah alasan utama jaman sekarang orang malas
jadi petani. Setelah keyakinan melekat pada jiwa petani maka yang harus
dituntut adalah pengetagetahuan dalam bidang pertanian itu sendiri guna untuk
meningkatkan hasil produktifitas yang unggul dan modern. Disamping itu, petani
yang baik adalah petani yang memperhatikan lingkungan atau kita sebut sebagai
petani yang ramah lingkungan. Tidak cukup peran petani saja yang berpengaruh
untuk mendongkrak pertanian di Indonesia sendiri. Namun, dukungan dari
pemerintah itu sendiri harus ikut berperan aktif dalam memajukan bidang
pertanian serta melakukan pembinaan untuk para petani di Indonesia.
Mengutip dari al-quran (Al-an’am:99)
“Dan Dialah yang menurunkan air dari
langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka
kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan
dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma,
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya diwaktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.
Bukankah ini pekerjaan mulia? Melakukan penghijauan dengan cara bercocok tanam
hasil bumi, bertenak atau membudidayakan ikan untuk memperoleh hasil ekonomi
dari kegiatannya, memberi pangan yang sebaik-baiknya, menciptakan udara sehat,
membantu mengatasi masalah polusi udara, mengatasi kebisingan bahkan membuat
orang disekitarnya merasa nyaman, asri, rindang dan indah apabila melihan
pemandangan alam dan kegiatan pertanian seperti itu. Ya, itulah kendatinya jasa
seorang petani yang hakiki berjasa untuk bangsa dan negara. Petani yang
bermental cerdas, berkompetitif, aktif, trampil, cekatan, dan berpengetahuan
yang luas termasuk dalam teknologi. Lantas Mau dibawa kemanakah pertanian
Indonesia hari ini? Petanian yang modern sasaran utamanya. Yaitu mengoptimalkan
hasil pangan sebagai tulang punggung perekonomian negara indonesia khususnya
serta membawa misi mulia dari pertanian itulah petani modern, petani berdasi
yang peduli pangan rakyat.
Putri Gustini
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
22.59
0 komentar:
Posting Komentar